Masjid Jamik Sumenep | Kunjung Jatim Wisata

 
 
Masjid Agung Sumenep adalah masjid yang berada di Sumenep, daerah paling timur Pulau Madura. Berdiri menghadap alun alun kota Sumenep, yang berada tepat di seberang timur masjid. Masjid Agung Sumenep yang dulunya disebut masjid Jami, menjadi salah satu penanda kota Sumenep. Sama halnya dengan masjid jamik yang berada di kabupaten lainnya seperti masjid agung Bangkalan.
Bangunan masjid ini terletak di sebelah barat alun alun. Sedangkan kraton sendiri terletak di timur alun-alun kota. Percaya atau tidak tata letak seperti ini sangat umum dijumpai di kota-kota di Pulau Jawa. Letak masjid yang berada di arah mata angin sebelah barat menandakan masyarakat yang religius, menyembah ke pada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan letak kraton yang ada di timur menandakan rasa hormat masyarakat pada pemimpin. Selain itu juga sebagai perlambang keharmonisan hubungan antar sesama manusia.

Dan tentunya yang paling mencolok adalah gerbang utama masjid jamik sumenep ini, bagaimana tidak, bangunannya yang besar, megah, dan terlihat sangat kokoh itu di bangun dengan bentuk yang unik, dan dihiasi dengan ukira-ukiran unik yang sangat indah. Kalau kita lihat lagi, gerbang utama yang berukuran besar ini sering di pakai pada bangunan-bangunan penting di kawasan China dan India seperti ada desain perpaduan budaya antar keduanya
Tembok bagian depannya tampil sangat megah berhiaskan gapura dengan warna cat yang sangat mencolok. Perpaduan warna kuning, hijau, dan putih membalut pagar pelindung itu dengan cantik. Warna yang digunakan masyarakan Madura memang cenderung lebih berani bila dibandingkan dengan warna di Jawa yang lebih kalem.
Masyarakat Madura patut berbangga bahwa ternyata Masjid Agung Sumenep termasuk ke dalam 10 daftar masjid tertua yang berada di Indonesia dengan arsitektur yang begitu khas nusantara. Masjid yang dibangun pada zaman panembahan Somala, penguasa Sumenep XXXI ini sekarang menjadi salah satu ciri khas Pulau Madura.

ASAL USUL MASJID AGUNG SUMENEP

Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep, sebagai inisiatif dari Adipati Sumenep, Pangeran Natakusuma I. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan pendukung Kraton, yakni sebagai tempat ibadah bagi keluarga Kraton dan Masyarakat. Masjid ini adalah masjid kedua yang dibangun oleh keluarga kraton, di mana sebelumnya kompleks masjid berada tepat di belakang kraton yang lebih dikenal dengan nama Masjid laju yang dibangun oleh Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa, penguasa Sumenep XXI.
Dalam perkembangannya, masjid laju tidak mampu lagi menampung jemaah yang kian banyak. Menurut catatan sejarah Sumenep, Pembangunan Masjid Jamik Sumenep dimulai pada tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi. Kemudian Pangeran Natakusuma I memerintahkan Lauw Piango seorang arsitek pada zaman itu untuk membangun kembali masjid untuk diperbesar lagi.
Seperti yang bisa kita lihat ketika berkunjung kesana, Arsitektur bangunan masjid sendiri, secara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura, salah satunya pada pintu gerbang pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok. Untuk Bangunan utama masjid secara keseluruhan terpengaruh budaya Jawa pada bagian atapnya dan budaya Madura pada pewarnaan pintu utama dan jendela masjid, sedangkan interior masjid lebih cenderung bernuansa kebudayaan Tiongkok pada bagian mihrab.
Untuk bagian interiornya ukiran jawa dalam pengaruh berbagai budaya menghiasai 10 jendela dan 9 pintu besarnya. Bila diperhatikan ukiran di pintu utama masjid ini dipengaruhi budaya China, dengan penggunaan warna warna cerah. Disamping pintu depan mesjid sumenep terdapat jam duduk ukuran besar bermerk Jonghans, di atas pintu tersebut terdapat prasasti beraksara arab dan jawa.
Di dalam mesjid terdapat 13 pilar yang begitu besar yang mengartikan rukun solat. Bagian luar terdapat 20 pilar. Dan 2 tempat khotbah yang begitu indah dan di atas tempat Khotbah tersebut terdapat sebuah pedang yang berasal dari Irak. Awalnya pedang tersebut terdapat 2 buah namun salah satunya hilang dan tidak pernah kembali.
Bagian paling menarik dari Masjid Agung Sumenep ini adalah pintu gerbang masjid yang ternyata juga memiliki filosofi yang menarik sekali. Masjid jamik dan sekelilingnya memakai pagar tembok dengan pintu gerbang berbentuk gapura. Pintu Masjid Jamik berebentuk gapura asal kata dari bahasa arab "Ghafura" yang artinya tempat pengampunan. Gapura ini syarat akan ornamen yang mempunyai banyak filosofi sebagai salah satu harapan dari sang Panembahan kepada rakyatnya ketika menjalankan ibadah.
Di atas gapura akan kita temui ornamen berbentuk dua lubang tanpa penutup, keduanya diibaratkan dua mata manusia yang sedang melihat. Lalu di atasnya juga terdapat ornamen segilima memanjang ketaatas, diibaratkan sebagai manusia yang sedang duduk dengan rapi menghadap arah kiblat dan dipisahkan oleh sebuah pintu masuk keluar masjid, yang mengisyaratkan bahwa apabila masuk atau keluar masjid harus memakai tatakrama dan harus meliha jangan sampai memisahkan kedua orang jema'ah yang sedang duduk bersama dan ketika imam masjid keluar menuju mimbar janganlah berjalan melangkahi leher seseorang.
Dikanan kiri gapura juga terdapat dua pintu berbentuk lengkung, keduanya mengibaratkan sebagai kedua telinga manusia. dimaksudkan agar para jema'ah masjid ketika dikumandangkannya adzan, bacaan alquran, ataupun disampaikannya khotbah haraplah bersikap bijak untuk tidak berbicara dan mendengarkannya dengan seksama. Disekeliling gapura juga terdapat ornamen rantai, hal ini dimaksudkan agar kaum muslim haruslah menjaga ikatan ukuwah islamiyah agar tidak bercerai berai.
Wasiat Panembahan Somala untuk Masjid Jamik Sumenep, Masjid ini adalah baitullah, berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa Negeri/Karaton Sumenep. Sesungguhnya wasiatku kepada orang yang memerintah (penguasa) dan menegakkan kebaikan. Jika terdapat masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki. Karena sesungguhnya masjid ini adalah wakaf, tidak boleh diwarisi dan tidak boleh dijual, dan tidak boleh dirusak.
Letak Masjid ini yang berada tepat ditengah kota Sumenep sangat memudahkan sekali bagi teman – teman ingin datang kesana untuk bisa melihat langsung keindahan masjid tertua di Pulau Madura ini. Sangat mudah untuk menemukan lokasi dari Masjid Jamik Sumenep ini, selain disepanjang jalan kita bisa melihat petunjuk arah, angkutan umum yang beroperasi di kota Sumenep ini juga melewati lokasi Masjid Jamik Sumenep ini, apalagi letaknya yang berhadapan langsung dengan Taman Adipura Sumenep yang menjadi Landmark -nya kabupaten Sumenep ini.
Bagi teman – teman yang berasal dari luar pulau Madura bisa menggunakan angkutan umum untuk bisa sampai ke Sumenep seperti bus Patas maupun Akas. Dari terminal Bungurasih menuju Sumenep tarif bus berkisar Rp. 70.000 dengan 5 jam perjalanan darat melewati Jembatan Suramadu, sampai akhirnya tiba di terminal Arya Wiraraja Sumenep.
Setelah itu teman – teman bisa kembali melanjutkan perjalanan menuju Masjid Jamik Sumenep yang berada di tengah kota dengan angkutan umum, becak ataupun ojek. Tarif yang dipatok tergantung jauhnya jarak tempuh yang akan dilalui. Oleh karena itu kita sarankan untuk pintar – pintar menawar harga, perkiraan tarif yang biasa disana sekitar Rp. 10.000 untuk becak ojek menuju masjid.
Masjid Jamik Sumenep ini merupakan masjid kebanggan dan paling diagungkan oleh masyarakat Sumenep juga seluruh masyarakat di Pulau Madura. Untuk berkunjung kesana ada beberapa tip dari kita yang bisa teman – teman catat demi kenyamanan bersama ketika sedang berada di Masjid.
1. Ketika kita berencana untuk berkunjung ke Masjid Jamik Sumenep untuk melihat – lihat dan berkeliling masjid harap diperhatikan dulu hari – hari dan jam kunjungannya. Jangan datang berkunjung ketika hari Jum’at atau hari – hari besar lainnya terutama pada saat jam sholat.
2. Bagi teman – teman yang sudah tiba di Sumenep dan masih merasa kebingungan mencari lokasi Masjid, maka tidak perlu panik. Seperti yang sudah kita jelaskan tadi teman – teman bisa mengikuti arah petunjuk jalan atau langsung menuju alun alun kota Sumenep.
3. Perhatikan dan jaga betul barang bawaan teman – teman selama berada di masjid, khawatir terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan. Masjid merupakan tempat umum yang setiap harinya tidak pernah sepi dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai daerah.
4. Harap untuk tetap menjaga ketenangan dan kenyaman jama’ah masjid lainnya, seperti tidak berbicar dengan nada keras, tidak menghidupkan bunyi handphone ataupun gadget lainnya dan untuk teman – teman yang membawa anak kecil diharapkan bisa menjaga agar tetap tenang.
5. Bagaimanapun juga Masjid Jamik Sumenep ini merupakan salah satu warisan budaya yang perlu kita jaga dan lestarikan bersama sama. Untuk itu jangan sampai merusak dan mengotori apapun bagian masjid.
6. Terpenting adalah mohon jaga kesopanan dengan menggunakan pakaian yang sopan dan tertutup ketika akan memasuki masjid.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Masjid Jamik Sumenep | Kunjung Jatim Wisata"

Post a Comment